Brukk...!!!
Tubuhku terpental jauh kepinggiran jalan dan serasa tubuhku kesakitan karena tubrukan tubuhnya. namun lelaki di depanku ini hanya mengulum senyum sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"kamu siapa sih?" tanyaku padanya tiba-tiba. karena rasa penasaranku yang tak pernah melihat dia sebelumnya.
"kenalin, aku rendra. anak kelas 3 sosial 1" aku hanya melihat tangannya yang terulur. karena aku tak menggapainya, ia tersenyum menarik tangannya kembali. sejujurnya aku ingin tertawa tapi kuurungkan karena tak tega melihatnya malu.
"sorry, kita bukan muhrim" ucapku kemudian
"hemm..."
"maumu apa?"
"Cuma pengin kenalan" jawabnya dengan mimik wajah datar. tanpa ekspresi. kali ini aku tak menahannya. aku tertawa. rendra tampak kaget melihatku dan menatapku seperti orang yang tiba-tiba kerasukan. aku tambah ngakak.
"kamu kenapa?"
"lucu!"
"apanya yang lucu?"
"tuh, mukamu..." balasku sambil berjalan menjauh darinya. rendra masih terbingung-bingung, bahkan aku masih menoleh dan kulihat ia meraba-raba wajahnya.
"dasar aneh!" desahku sambil tersenyum sendiri.
^-^
"haha ha...!"
"pasti wajahnya lucu banget ya, ra?" lanjut shila, teman dekatku
"anaknya yang mana sih?" indah ikutan nimbrung
"sssst...!"
Teman-teman segera membungkam mulutnya. aku berbisik pelan, "itu orangnya" sambil menunju kearah seseorang yang melintas di depan kami.
"so sweet..." komentar indah sambil berdiri tanpa melepaskan pandangannya. shila termanggut-manggut mengiyakannya.
"dari sisi mana kamu menilai dia sweet?" tanyaku setelah rendra tak terlihat lagi
"dari sisi mana aja, ra! Cowok sekeren itu kamu cuekin? sayangkan?"
"kamu shill, Cuma bisa lihat orang dari tampangnya doang!" ucapku jutek
"habisnya aku gak bisa lihat yang dalem-dalem sih, kayak kamu"
"inner beauty maksud kamu?"
"kirain dalem-dalem yang mana...? timpalku berseloroh.
"haha ha..."
Aku dan mereka memang telah bersahabat sejak SMP. dan sekarang, Tuhan kembali mempertemukan kami di SMA. tapi, mereka tak pernah tahu apa yang kuinginkan. aku ingin juga disukai oleh orang yang tidak hanya tampan wajahnya tapi juga hatinya. Seperti Mr afief, guru bahasa inggrisku yang tampan dengan kacamata minusnya.
"ra, kamu ngelamun ya? rasya.. hei!" ujar indah sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya di depan wajahku. membuyarkan lamunanku.
"apa? ahh.. kenapa?" jawabku lumayan kaget. aku tidak mau teman-temanku tahu kalau aku punya rasa pada guru muda itu. tak ada yang boleh tahu, siapapun! kecuali, aku dan Tuhan
Seperti biasa saat jam istirahat aku segera berlari menuju perpustakaan sekolah. di sana tak begitu ramai, hanya ada beberapa siswa dan tentunya seorang penjaga perpustakaan. beda sekali dengan kantin sekolah yang di saat seperti ini, sangat ramai di kunjungi.
"Assalamu'alakum...!"
Aku menoleh ingin tahu siapa yang sepertinya telah menujukan salamnya padaku.
"wa'alaikumsalam..." jawabku agak gugup. ternyata Mr afief yang sedang berada di hadapanku. aku mulai mengatur nafasku. memaki-maki detak jantungku yang mulai tak beraturan.
"bisa geser sedikit? ada buku yang mau saya ambil"
"oh, silahkan.."
Aku tidak hanya bergeser sedikit, tapi segera meninggalkan tempat itu. meninggalkannya. aku benci dengan kegugupan kusaat bertemu dengannya.
bukk!!
"auwww...!" aku hampir terjatuh ketika menabrak seseorang tanpa sengaja.
"sorry, sorry, aku gak sengaja"
"kamu sih, jalan gak pakai mata" ucap shila sambi menatapku serius.
"gak sengaja shill, habis aku buru-buru"
"kamu kenapa sih, ra? kok kelihatan aneh..."
"gak. aku gak apa-apa" jawabku dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
"tapi kok beda sih! Ada yang gak beres nih...?" pancingnya
Bukan pergi dariku, shila malah mengitariku penuh curiga.
"apa-apaan sih!" bentakku
"tanda-tanda penyakit TBC tuh! hayo sama siapa hayoo..?" Tanya shila sambil melihat kecowok-cowok yang lewat di depan kami.
"shila resek ach!"
Aku mulai resah. takut kalau-kalau saat Mr afief keluar dari perpustakaan, aku langsung pingsan di tempat.
"shill, berhenti deh!" pekakku
Shila tidak menggubris omonganku. dia malah berteriak-teriak memanggil indah.
"adaapa sih?" sahut indah sambil melangkah mendekati kami. shila langsung berbisik-bisik sendiri dengan indah, sambil sesekali menoleh melirikku. aku memukul keningku sendiri. sungguh, hari yang menyebalkan!" batinku
"berhenti...!" bentakku. lantas segera berlari meninggalkan mereka berdua.
Bukk!
"sorry Mr!" ucapku sambil meringis karena malu.
'oh no matter"
"hahaha.. hi hi hi..." shila dan indah tertawa melihatku. aku menangkup wajahku dengan kedua telapak tanganku kuat-kuat. ingin aku segera lenyap dari dunia ini!
^-^
"aku ngerti, kamu berjilbab. makanya kamu tidak mau berteman denganku"
"tapi bukan Cuma itu" ucapku
"terus apalagi dong?" Tanya rendra
"mending kamu berguru dulu pada seorang kyai, kalau sudah pinter boleh Tanya ke aku lagi, key?"
"boleh juga"
"dasar! gak ada kapoknya ya..." sentakku. rendra meringis.
"habis aku suka kamu sih, ra!"
"uhuk.. uhuk.."
'sorry, ra"
"resek nih! lupain aja deh!" ucapku ketus. dan segera berlalu dari hadapannya.
Ternyata semua laki-laki itu sama saja. rendra, devan, fariez, mereke semua hanya ingin menjadikan aku sebagai pacar. padahal, itu kan Cuma hubungan tanpa status. tidak terakreditasi. menyedihkan!
"ra, kenapa?"
"please, leave me alone!"
"kok gitu sih.. cerita dong?"
"bete' ach!" jawabku malas. tapi shila malah menedekat dan duduk disampingku.
"ada apa sih, ra?" shila bertanya lagi sambil merangkul bahuku. aku tertunduk dalam. mataku mulai panas dan seperti sedikit berair.
"kenapa sih shill, cowok-cowok yang menyukaiku Cuma pengin menjadikanku pacarnya? padahal, itu kan hubungan tanpa status, dosa lagi. masa' sih gak ada yang mencintaiku sampai dalem gitu?"
"dalem gimana?" timpal shila, sambil mendelik
"misalnya langsung mau meminangku"
"huahaha..!" seketika pecah tawa shila, terbahak-bahak. melengking parau di telingaku. aku pukul-pukul bahunya tanpa ampun. menumpahkan kekesalanku.
"ampun ra..! habisnya kamu lucu sih" aku cemberut. shila masih saja terkekeh. aku malah bingung, apanya yang lucu menurutnya.
"eh ra! kalau kamu pengin langsung di pinang, sama Mr afief aja sana itu baru mungkin"
"what?" tanyaku kaget. tak mengerti dan sedikit curiga dengan ucapan shila.
"Mr afief, emang kenapa?"
"upps! hampir aja ketahuan"
Kalau dipikir memang ada benarnya. mana mungkin teman-teman sebayaku mau meminangku. tapi, kalau Mr afief... aku kembali terjatuh dalam lamunan.
"jangan-jangan kamu emang suka ya sama Mr afief?" tebak shila. yang seolah menangkap sinyal itu.
Wajahku bersemu merah dan tubuhku sedikit bergetar. aku tak bisa lagi menyembunyikan perasaanku.
"ssstt.." kuremas kuat-kuat jemari tangan kiri shila.
"yang bener ra?" ia semakin bernafsu
" pantes, kamu gak mau di jadiin pacar, langsung jadi isteri gitu maksudnya?"
^-^
"assalamu'alaikum...!"
Jantungku berdegup kencang. aku sangat mengenal suara itu. belum sempat aku menjawab, tiba-tiba entah dari mana arahnya, shila dan indah sudah datang menyerbu dan menggapitku.
'Mr afief!" teriak mereka berdua
"what happen?" Tanya ia dengan bahasa inggrisnya yang fasih. Ia tersenyum memandang kearah kami.
"ada yang falling in love nih sama Mr. masih ada kesempatan gak?' tanya shila dengan menggebu-gebu. namun ia hanya tersenyum penuh makna.
'rasya..! tunggu UAN selesai aja yah nikahannya..!?" teriak indah
Sebelum beranjak pergi, Mr afief sempat tersenyum lagi padaku. aku membalasnya dengan senyum termanisku, kurasa. lalu tersipu malu. nampak merona merah wajahku. sekaligus, sesak nafas.
Komentar
Posting Komentar